Valentine day. Siapa sih yang gak suka
sama hari special itu. Coklat, bunga, pink, tanda hati, banyak deh semua yang
berhubungan tentang valentine day. Apalagi buat para pasangan yang sedang jatuh
cinta. Kadang di hari special itu banyak sekali orang-orang yang saling
menyatakan perasaanya. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang juga mengalami
patah hati disaat valentine’s day.
Aku putri. Aku adalah salah satu yang
pernah mengalami patah hati disaat valentine’s day. Aku patah hati oleh cinta
pertamaku sendiri. Yah. Betapa sakitnya hatiku saat itu. Diputuskan oleh cinta
pertama. Di hari valentine pula.
Dulu saat aku SMP. Ya bisa dibilang
jaman-jamanya cinta monyet lah. Aku punya pacar waktu itu namanya adalah riki.
Dialah cinta pertamaku saat SMP. Dia pula yang mengajariku tentang indahnya
cinta. Pertama ku kenal dia saat ku kelas tujuh. Pertama ku lihat dia orangnya
sangat humoris. Dia suka mengajakku bercanda. Dan ku mulai muncul perasaan
padanya sejak dari itu. Tapi aku tak bisa mengungkapkannya karna ku malu. “masa
cewe harus nembak cowo sih.”
Beberapa bulan saat ku baru masuk sekolah
SMP. Begitu banyak yang dia buat ku terpesona kepadanya. Riki adalah orang yang
cukup keren saat itu. Bahkan banyak sekali wanita yang menyukainya. Dan hingga
pada saat itu dia mempunyai pacar yang sangat cantik. Harapanku hilang sudah.
Mungkin dia buka jodohku.
Aku memendam perasaan itu tanpa pernah ku
ungkapkan. Hingga pada suatu hari, teman sebangku riki yang bernama galih
bicara padaku bahwa riki juga suka padaku.
“kau
serius. Riki suka padaku?” Tanya ku terkejut saat itu sambil menahan senyum.
Merasa bahagia akan hal itu.
“iya.
Aku serius. Berani apa aku bohong padamu put.” Kata galih seolah meyakinkanku.
Tapi saat itu aku tak begitu percaya. Aku
takut galih hanya mengerjaiku saja. Galih kan orangnya memang paling jail
dikelasku. Dan aku pun bertanya lagi padanya.
“tapi,
riki kan sudah punya pacar?” tanyaku.
“kau
ini. Riki menyukaimu dari dulu tapi dia takut untuk mengungkapkannya.”
Aku pun hanya bisa terdiam. Dalam hatiku
aku sangat begitu senang. Tapi disisi lain ku merasa tak begitu yakin akan hal
itu.
Setelah galih pergi dari bangkuku. Dina
dan lia datang menghampiriku. Mereka adalah sahabatku saat SMP. Mereka berdua
pun bertanya padaku.
“riki
suka padamu?” kata lia sambil tersenyum-senyum. “wah.. aku tak menyangka selama
ini riki menyimpan perasaannya padamu.”
“aku
pun tak tau.” Aku hanya menundukkan kepala. Takut-takut mereka melihat wajahku
yang memerah.
“tapi
aku tak yakin.” Kata dina.
“kenapa?”
Tanya lia terkejut.
“bila
riki suka padamu sejak dulu. Lalu apa hubungannya selama ini dengan citra?”
kata dina. Citra adalah pacar riki saat itu.
Memang diantara kami bertiga. Hanya dina
yang paling bijak. Dia sangat cerdas. Dan dina pula yang selalu mengingatkanku
dan lia yang selalu ceroboh. Mendengar kata-kata dina tadi. Aku pun mulai
terasa Nampak sedih. Mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan dina. Dan juga.
Aku harusnya tidak terlalu percaya akan ucapan galih dan juga semua ceritanya
tentang riki.
Beberapa hari setelah itu. Terjadi sebuah
keributan di sekolahku. Semua siswa keluar dari kelasnya masing-masing melihat
apa yang terjadi. Begitu pula aku. Yang sangat penasaran akan itu.
Dan aku berdesak-desakan di tengah-tengah
kerumunan yang sangat ramai itu. Dan ku lihat disana ada seorang siswi yang
memegang pisau kater di tangan kanannya. Dia adalah citra. Pacar riki. Ku lihat
dia terus menangis dan teman-temanya juga mencoba menghalangi akan perbuatan
nekad citra. Aku melihat sekeliling. Seharusnya riki ada berada disana dan
mencegah citra untuk melakukan itu. Meskipun aku sendiri pun tak tau apa yag
sebenarnya terjadi.
Setelah beberapa saat keadaan sekolah
mulai tenang. Aku pun mulai mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Patah Hati. Ya begitulah yang dikatakan
anak-anak lain. Katanya citra itu diputuskan oleh riki dan juga dia nekad untuk
bunuh diri karna kejadian itu.
Ku terduduk sendiri di kelas sendirian.
Patah Hati? Apakah hal itu yang sering terjadi dalam sebuah hubungan. Higga hal
bodoh seperti itu yang mereka lakukan saat mereka patah hati. Merasa dunia
runtuh, hati hancur, tidak ada kekuatan untuk hidup tanpanya hingga ingin
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
“bodoh
sekali.” Itu yang terlintas dipikiranku.
Mungkin aku sendiri beum merasakan patah
hati saat itu. Sekalipun. Hingga aku belum tahu rasanya bagaimana patah hati
itu. Yang jelas saat pikiranku dulu. Sepatah hati apapun aku tak akan merasakan
hal seperti itu. Hingga ingin bunuh diri segala. Padahal cowo masih banyak.
Saat aku termenung sendiri. Datang dina
menghampiriku.
“kau
lihat kan kejadian tadi?” Tanya dina padaku setelah ia duduk di sebelahku.
“memangnya
kenapa?” tanyaku. Heran megapa dina bicara seperti itu.
“aku
takut kau seperti itu. Bagiku riki orang yang tak baik. Aku sempat bertanya
kepada salah satu teman SDnya. Ya kalau riki meski masih SMP gini dia itu bisa
dibilang Playboy.” Katanya. “meskipun dia baik dikelas. Belum tentu juga dalam
hatinya.”
Aku tak mengerti dengan apa yang dikatakan
dina. Dia seperti menjelek-jelekkan riki dhadapanku. Tapi perasaaanku
mengatakan mungkin dina sedang memberi nasehat padaku agar aku tak berakhir
seperti citra. Meskipun aku sendiri tetap keukeuh tak akan berbuat semacam itu.
Hal yang sangat bodoh.
Sejak hari itu. Akupun mencoba melupakan
perasaanku pada riki. Setelah mendengar perkataan dina. Mungkin ada benarnya
juga.
Beberapa hari kemudian di kelas. Lia
memberikan sebuah kertas kepadaku. Aku bingung dengan kertas itu dan aku pun
mengambilnya.
“apa
ini?” tanyaku sambil mengibas-ngibaskan surat itu.
“hei.
Itu adalah surat untukmu.”
“surat?”
“kurasa
itu surat cinta.” Lia sambil tertawa kecil.
Aku membuka surat itu. Dan betapa
terkejutnya aku mengetahui bahwa surat itu dari riki. Surat itu berisi sebuah
puisi yang sangat indah bagiku. Dalam hati ku merasa senang. Aku yang berniat
melupakan dia. Bagaimana bisa lupa kalau dia mengirimkan surat ini khusus
untukku. Lalu ku melihat belakang halaman surat itu dan terdapat tulisan.
“ku
tunggu kau sepulang sekolah.”
Lia yang begitu heboh langsung mengambil
surat itu dari tanganku dan memberikannya pada dina.
“lihat!
Ini surat cinta putri.” Kata lia smbil memberikan kertas itu kepada dina.
Dina membaca surat itu. Lalu setelah ia
selesai membaca surat itu. Dia pun memandang padaku seolah pandangan itu penuh
arti.
“kau
menyukainya?” Tanya dina padaku.
“hmm..
tidak.” Aku mencoba menutupi perasaan ku sebenarnya.
“terserah.
Itu perasaanmu. Kau ingin menerimanya atau tidak yang jelas jawabanya ada di
hatimu.”
Aku bingung. Kenapa dina berbicara seperti
itu. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. Dan betapa
terkejutnya. Bahwa dina pernah patah hati.
Jelas dina. Dia pernah patah hati oleh
salah satu cowo yag dia sukai di tempat kursusnya. Dia memang beda dua tahun
dari dina tapi hal itu yang membuat dina nyaman. Saat dina pacaran dengan cowo
itu. Dina diselingkuhi oleh cowonya itu. Pacarnya bukan hanya dina tapi masih
ada yang lain. Betapa sakit hatinya dina saat tahu hal itu. Dan dia berkata
bahwa bagi seumuran kita cinta adalah hal yang masih tidak patut kita ketahui.
Mungkin karna hal itu pula dina sangat bijak dalam setiap hal. Dan juga aku tak
percaya tercaya seseorang seperti dina pun pernah merasakan patah hati.
Akupun mulai diam. Benar apa yang
dikatakan dina. Cinta masih belum pantas untuk seumuran kita.
Waktu pulang pun tiba. Ku lihat riki dan
galih sudah terlihat menungguku. Ku menatap dina. Dia pun tersenyum melihatku.
Aku menghampiri riki yang menungguku. Beberapa saat kami berdua mulai terdiam.
“bagimana
puisiku?” Tanya riki.
“bagus.”
Aku tak bisa berkomentar banyak. Lalu kami berdua saling terdiam lagi. Hingga
pada akhirya riki menyatakan cintanya padaku.
“hmm..
put. Sebenarnya aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku.” Tanya riki.
Aku hanya diam. Tak pernah kurasakan detak
jantungku berdegup sekencang ini. Setelah cukup lama terdiam. Aku pun mulai
berbicara.
“maaf
ki. Aku gak bisa.” Aku hanya tersenyum tipis lalu kumenundukan wajahku. Riki
tidak bekomentar banyak dan pada akhirnya dia bicara.
“gak
papa kok. Tapi yang jelas aku akan menunggumu.” Sambil tersenyum.
Mendengar riki bicara seperti itu aku
mulai menyesal. Apakah ini benar untukku? Dan aku menoleh kearah dina dan
menghampirinya.
“apa
kau yakin?” Tanya dina.
“entahlah.
Yang jelas aku akan memegang kata-katamu.”
Ku melihat wajah dina seperti wajah
kasian. Tapi aku berusaha tetap seperti
biasa. Aku tak mau dina khawatir padaku.
Akupun naik ke kelas 8. Namun sayang aku
harus berpisah dengan dina dan lia. Entah itu memang kebetulan atau tidak. Aku
sekelas lagi dengan riki. Aku merasa sangat tidak nyaman akan hal itu. Memang
sejak saat aku menolak riki. Hubungan kami dikelas pun sedikit canggung. Tak
seperti dulu-dulu.
Patah hati. Banyak sekali teman-teman ku
merasakan hal itu. Aku pernah berpikir. Apakah aku membuat riki patah hati saat
aku menolaknya saat itu. Yang jelas aku tidak terlalu takut akan namanya patah
hati saat itu.
Penantian riki pun memang benar adanya.
Riki tak pernah memiliki pacar setelah saat itu. Galih berkata bahwa dia memang
sungguh-sungguh. Apakah itu benar-benar bahwa riki belum punya pacar setelah ku
tolak dia. Itupun masih kabar angin. Tapi dengan beraninya di kelas. Dia nembak
aku. Aku terkejut. Kenapa dia begitu ingin aku jadi pacarnya. Tapi memang tak
dapat kupungkiri lagi bahwa aku masih menyimpan perasaan padanya. Dan hingga
pada akhirnya aku menerimanya. Dan sejak saat itu kami mula ipacaran.
Aku menerimanya bukan tanpa alasan.
Mungkin riki benar-benar sugguh-sungguh saat itu. Meskipun dina dan lia pun tak
tau. Aku tak berani bicara takut kalau dina akan marah padaku.
Seiring berjalannya waktu. Ya seperti air
yang mengalir. Pelan-pelan mereka akan tau. Dan itu benar. Dugaan kalau dina
akan marah salah. Dia malah menasehatiku agar selalu baik-baik. Aku sangat
beruntung mempunyai sahabat seperti dia.
Satu tahun kami berhubungan. Selama itu
kami masih baik-baik saja. Tapi dengan gaya pacaran anak SMP yang sedikit
malu-malu. Hampir satu sekolah mengetahui hubungan kami. Karna riki memang
orang yang terkenal di sekolah. Namun saat menginjak kelas Sembilan. Kami tidak
sekelas lagi.
Semenjak kami tidak sekelas lagi.
Gossip-gosip aneh pun tentang hubungan kami mulai bermunculan. Salah satunya
ialah bahwa riki selalu menggoda anak-anak junior di club seninya. Riki memang
masuk club seni. Dan dia menjadi cepat beken karna masuk club itu.
Mendengar desas-desus itu. Aku hanya
menganggapnya santai mungkin.riki hanya bersikap akrab pada juniornya. Dan
masalah itupun muali menghilang sendirinya.
Bukan hal itu saja. Hubungan kami pun mulai
renggang hanya karna aku jarang menemuinya. Hal itu wajar saja. Disekolah aku
sibuk dengan kegiatanku dan juga pekerjaanku disekolah. Bahkan dia pun sama
saja. Sibuk dengan klub seninya. Sejak saat itu kami mulai jarang sms dan
telponan.
Salah satu teman sekelas riki yaitu bella sering
mengobrol denganku. Kami memang dekat karna bella adalah teman SD ku. Dia
sering menceritakan semua yang dilakukan oleh riki di kelas. Entah itu hal baik
atau yang buruk.
Suatu ketika disaat ku sedang kesal sama
dia karena dia gak mau ketemu aku. Bella datang kekelas ku. Di lalu memasukan
sesuatu ke sakuku. Cepat aku mengeluarkanya. Dan ku lihat itu adalah potonya.
Aku pun bingung kenapa bella memberiku poto riki.
“maksudnya
apa? Tanyaku yang bingung.
“itu
dari riki. Dia menitipkan ini untukmu.” Kata bella dengan tersenyum-senyum.
“coba deh liat belakang poto itu.” Lanjutnya.
Aku pun melihat apa yang ada di balik poto
itu. Dan ternyata ada tulisan I LOVE YOU. Aku terenyuh saat itu. Lalu akupun
kembali terdiam.
“kau
kenapa?” Tanya bella yang heran melihat ku dengan wajah sedih.
“kenapa
riki gak ngasih langsung aja poto ini.” Kataku.
“aku
sih gak tau. Yang jelas aku hanya dititipin saja.” Jawab bella.
Saat malam hari. Ku menatap sebuah kalender
di meja belajar ku. “Valentine day” teriakku. Besok kan valentine day. Kenapa
aku bisa lupa. Gerutu saat itu. Malam-malam aku pergi ke toko untuk mencari
hadiah buat riki. Ya. Apalagi kalau bukan coklat. Lagian aku baru ingat bahwa
besok adalah hari kasih sayang.
Terdegar suara HPku yang berbunyi keras.
Segera ku melihat HPku dan ternyata ada sms dari riki. Betapa senangnya aku
saat itu. Namun aku belum bisa bicara kalau aku akan memberinya hadiah.
Tapi ada yang aneh sms riki gak seperti
biasanya. Biasanya riki nge-sms aku dengan sebutan yang, sayang, manis, cantik
dan lainya lah. Sedangkan ini dia memanggilku dengan sebutan nama yaitu putri.
Saat ku balas kenapa dia tidak menyebutku sayang. Dia malah membalasnya dengan
tidak apa-apa. Bahkan dari smsnya juga dia terlihat malas meng-sms ku. dilihat
dari sms-nya yang begitu singkat. Jelas aku marah padanya dan tidak membalas
smsnya. Dan anehnya lagi ketika aku marah seperti ini. Dia pasti menelpon ku
atau apalah. Tapi ini tidak sama sekali sehingga aku makin kesal padanya dan juga
menaruh curiga.
Keesokan harinya. Sekolah mulai ramai
dengan cerita-cerita hadiahnya. Kisah cintanya atau yang lainnya tentang
valentine days. Begitupun sekelasku yang sangat heboh memperbincangkan
valentine day. Saat aku baru duduk. Temanku fadil yang juga sahabat cowoku yang
memang akrab denganku. Kebetulan dia juga duduk di samping bangkuku itu
menghampiri ku.
“kau
dapat hadiah apa?” Tanya nya dengan nada menyindir.
“ah
gak tau dil. Kamu sendiri ngasih apa pada someone mu?” tanyaku.
“ah
biasa sih. Aku kasih dia coklat aja. Lalu dia juga kasih balik.” Dengan wajah
tersenyum-senyum.
Aku sempat iri kepada fadil. Sangat
beruntung dia di kasih coklat oleh pacarnya. Sedangkan aku belum di kasih juga.
Bangan melihat riki pun tidak. Aku mulai heran. Kenapa dia. Apa dia malu tidak
bisa ngasih apa-apa padaku atau ada hal lain. Padahal aku kan mau kasih dia
coklat.
Waktu istirahat bella datang
menghampiriku. Lalu dia cerita tentang riki padaku. Dia cerita bahwa riki tidak
menanggapi soal valentine day. Menurutnya itu adalah hal konyol. Sehingga dia
tak mau memberimu hadiah karna hal konyol ini. Aku seketika sedih. Apa benar
itu alasannya tapi setidaknya dia harus datang menemui ku bukannya hanya bella
yang menjadi mata-mataku untuk riki.
Waktu pulang sekolah pun tiba. Aku pulang
dengan hati sedih sambil memegang coklat yang kubawa untuk dirinya. Aku tidak
berhasil memberinya coklat ini karna seharian ku mencarinya. Aku sama sekali
tak bertemu denganya. Kenapa juga aku harus sedih pada hari yang penuh kasih
sayang ini.
Malam hari ku hanya duduk sendiri. Di
rumahku sedang tidak ada siapa-siapa. Mamah ku sedang bekerja dan juga ayah dan
kakak ku sedang berada di luar kota. Istilahnya mala mini ku sangat Galau karna
riki. Dia juga tak menghubungiku sama sekali hingga pada akhirnya suar HPku
berbunyi.
Ku lihat sms itu dan ku lihat bahwa itu
sms dari riki. Ku cepat-cepat membuka sms itu. Bukannya hati senang tapi malam
sms itu buat aku makin sedih. Sms itu berisi bahwa riki ingin putus denganku.
Seketika tubuhku serasa dingin. Tanganku
tak bisa lepas dari HP yang ku pegang. Tatapanku jadi kosong dan menjadi gelap.
Putus. Aku tak percaya dia akan mengatakan ini padaku. Beberapa saat kemudian
aku menanyakan apa alasannya. Tapi dia hanya menjawab kalau lebih baik kita tak
punya hubungan lagi.
Dia putuskan aku tanpa alasan. Tanpa
terasa ku meneteskan air mata. Lengkap sudah rasa Galau ku hari ini. Ku
diputuskan saat Valentine Day. Ku hanya bisa terus menangis sampai ku tak
mendengar suara HP yang dari tadi berbunyi. Akhirnya ku tersadar dan menghapus
air mataku.ku mengangkat telpon ku dan itu adalah fadil.
“kau
kenapa?” Tanya fadil yang mendengar suaraku yang sangat pelan.
“dil,
aku putus dengan riki?” aku pun menangis.
“putus?”
suara fadil terkejut.
Aku pun cepat-cepat menutup telponnya. Dan
ku simpan hp ku.
Hari esoknya aku sangat bingung aku mau
melakukan apa. Untung hari ini aku libur karena tanggal merah. Ku sangat tak
bersemangat. Mungkin ini yang namanya patah hati. Yang duu pernah aku pikirkan
tentang Merasa dunia runtuh, hati hancur, tidak ada kekuatan untuk hidup
tanpanya hingga ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Dan sekarang aku
benar-benar merasakn apa rasanya patah hati itu.
Aku yang selama ini bertekad bahwa aku
takan merasakan patah hati. Malah ini terjadi. Dan rasanya benar-benar sakit.
Apalagi bagi diriku yang baru pertama jatuh cinta pada cinta pertama. Ini rasa
patah hati yang pertama kalinya bagiku. Aku tak ingin seharian berada di rumah.
Dan aku pun pergi keluar dan memakai motor kakakku yang jarang dia pakai karna
dia berada di luar kota.
Aku seharian penuh berkeliling. Hingga
benar-benar tak tau aku akan pergi kemana. Mungkin hanya motor ini yang
membawaku sesukanya bukan aku. Patah hati karna diputusin cowo yaitu cinta
pertamaku saat valentine days sangat benar-benar buruk dan membuatku hilang
akal sehat. Hingga tak sengaja aku berpapasan dengan bella.
Aku pun bercerita kepada bella bahwa aku
telah putus dengan riki. Bella pun sama terkejutnya seperti fadil. Dia tak
berbicara apa-apa lagi. Bella langsung memelukku dan aku pun menangis untuk
kedua kalinya. Bella menenangkanku kalau semuanya akan baik-baik saja. Benar
sekali saat itu adalah hari yang sangat menyedihkan bagiku.
Besoknya. Saat mulai masuk sekolah
kembali. Aku begitu sangat tidak semangat. Rasanya aku tak ingin sekolah lalu
bertemu dengannya. Namun sayangnya aku harus mengikuti kegiatan sekolah karena
sebentar lagi kan UN. Aku masuk ke kelas tanpak dengan muka yang sedih. Dan tak
banyak bicara aku langsung duduk di bangkuku. Aku merasa teman-teman ku
memperhatikan ku. Bukan merasa lagi, tapi memang mereka memperhatikanku.
Pastilah mereka bertanya – tanya. Kenapa putri? Apa yang terjadi? Tapi mereka
pasti belum tahu kalau aku sedang patah hati.
Perasaanku lebih sakit lagi saat salah
satu temanku memutar MP3nya. Memang tidak ada yang salah dengan MP3nya, tapi
lagunya itu yang buat ku kesal. Salah satu temanku memutar lagunya M2M yang
berjudul “the day you went away”. Tau sendiri lagu itu adalah lagu tentang
patah hati. Lagu dari seorang cowok yang meninggalkan ceweknya demi cewek lain.
Itu kisahku sekali meskipun aku tak tau sendiri mengapa dia memutuskanku. Apa
sama dengan lagu itu bahwa riki punya wanita lain.
Fadil menghampiriku. Dan bertanya apa aku
baik-baik saja? Jelas aku tidak baik-baik saja. Namun aku tak berani bicara.
Aku hanya bisa diam saja. Tak lama bella datang kekelas ku. Dia menghampiriku
dan dia ingin bicara padaku.
“put.
Ada sesuatu yang harus kau ketahui.” Kata bella. Terlihat dari raut wajah
mukanya ini pasti bukan kabar baik dan juga dia seperti memaksa ingin
membicarakanya. Bella pun mengajak ku pergi ke luar kelas dan duduk di depan
kelas.
“aku
baru tahu kalau sebenarnya riki mempunyai pacar.” Kata bella.
“pacar?”
aku terkejut mendengarnya. Rasanya aku akan jatuh dan pingsan mendengarnya.
“dia
anak kelas delapan. Dia adalah reni. Junior club seni riki.” Jelas bella.
Aku mulai mengerti apa yang dikatakan
bella. Mungkin dia ingin memberitahu yang sebenarnya. Dia ingin aku tahu apa
alasan riki memutuskan ku. Patah hatiku semakin lebih menyakitkan mendengar
berita itu ternyata benar apa kata dina kalau riki bukan orang baik. Fadil pun
datang dan memberiku semangat agar dia harus tetap semangat. Tak boleh
berlarut-larut dalam hal ini.
Mendengar perkataan fadil aku menjadi
ingat apa yang dikatakan dina saat ku kelas tujuh. bagi seumuran kita cinta
adalah hal yang masih tidak patut kita ketahui. Dan inilah yang aku rasakan.
Sama seperti citra, dina dan orang-orang lainnya. Aku merasakan patah hati yang
teramat sakit dari cinta pertamaku di hari valentine. Aku baru banyak mengerti
dari dina. Selama ini dia meyakinkan ku agar aku tak berhubungan dengan riki
karna ia telah mengetahui kalau akhirnya seperti ini.
“oh
iya. Dil, bel. Ambil coklatku di tas ku.” Kataku.
“untuk
apa?” Tanya fadil kebingungan.
“itu
buat kalian anggap saja itu hadiah valentineku untuk kalian.”
Mungkin fadil dan bella bingung. Saat
sedih seperti ini aku masih bisa kasih coklat. Coklat yang awalnya akan
diberikan kepada riki namun tak jadi karna kami berdua putus. Daripada ku
simpan coklat itu. Lebih baik ku memberikanya kepada sahabatku yang telah
menghiburku.
Sekarang aku sudah menjadi anak kelas 2
SMA. Jujur sih sampai sekarang aku masih merasakan sakit hati itu. Patah hati
akan cinta pertamaku. Ya .. bila sekarang aku lebih bisa menyebutnya cinta
monyet. Dan juga sebenarnya sampai sekarang juga aku masih trauma menjalankan
hubungan pacaran lagi. Karna aku takut akan terjadi patah hati kembali. Bicara
valentine’s day. Memang benar adanya kalau hari itu konyol. Itu menurutku sih
entah kata orang lain. Sampai sekarang aku sangat tidak menyukai hari yang
sangat menyakitkan itu. Sekarang aku lebih sibuk sama kegiatanku di sekolah.
Dalam belajar, berorganisasi, berteman. Itu lebih enak buat ku. Karena patah
hati itu sungguh gak enak yang ada malah pahit dan sakit saat merasakan dan
mengingatnya kembali.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar